Pagelaran Ngiket, Kolaborasikan Lima Seni Budaya Jadi Satu, Amazing!
Surabaya – Kolaborasi lima kesenian lebur menjadi satu kesatuan hingga menciptakan penampilan kolosal yang spektakuler.
Hal itulah yang terjadi di UPT Taman Budaya Surabaya Kamis, (16/3) dalam acara Ngiket.
Dalam kesempatan itu lima kesenian lebur jadi satu, diartikan sebagai penyatuan ide gagasan dan kekaryaan yang ditampilkan oleh kelompok : Macapat, Junjung Drajat, Reog, Jaranan, dan Punokawan.
Dalam penyajiannya Ngiket beradaptasi dari cerita tanah Jawa yang masih relevan dengan isu kekinian, dengan dihadiri oleh lebih dari 500 penonton, dimana 75% dari para kaum Millenial dan kawula muda sebagai regenerasi pewaris kesenian bangsa.
Pagelaran kali ini juga dihadiri oleh Staf Khusus Presiden bidang seni dan budaya Wulandari Sawitri Candra Wila., S.Psi., MM. Komite Seni Budaya Nasional (KSBN) Surabaya Raya Husni, hadir juga rombongan tamu mancanegara dari Denmark. Hadir juga Ipunk dari Wisma Pendidikan Jerman.
Tak lupa juga para pejabat Dinas Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata, Para Pengusaha Hotel dan Wisata.
Gelaran pertunjukan macapatan yang digabungkan dengan kelompok kesenian lain menjadikan pertunjukan yang unik, berbeda dan menghibur.
Pagelaran Ngiket ini atas kerjasama UPT Taman Budaya Jawa Timur dengan Tunggak Jati Nuswantoro, menampilkan pagelaran dari lima kesenian daerah melebur menjadi satu kesatuan yang utuh dengan cerita yang spektakuler.
“Kami terkesan, baru kali ini menampilkan lima kesenian dari berbeda karakter bergabung lebur menjadi satu panggung, sehingga menjadi satu kesatuan cerita utuh yang menarik,” penjelasan Samad Widodo., SS., MM. selaku Kepala UPT Taman Budaya Jawa Timur Cak Durasim.
Sementara itu Hendy Yudha dari Tunggak Jati Nuswantoro mengatakan hal senada. Hendy menyatakan rasa terimakasihnya kepada Taman Budaya yang memberikan ruang dan kesempatan untuk tampilnya acara ini.
“Alhamdulilah, kami sangat berterima kasih kepada pihak UPT Taman Budaya Jatim Cak Durasim yang sudah membimbing kami para seniman dengan sabar, sehingga bisa terwujud pagelaran Ngiket ini,” Jelas Hendy Yudha selaku ketua Tunggak Jati Nuswantoro.
“Kesenian tradisional kita sebagai kekayaan kearifan lokal harus ada perhatian khusus dari pemerintah sebagai jati diri bangsa yang berjiwa patriot akan NKRI sebagai benteng pertahanan negara,” tegas Hendy. (utg)