Panen Melimpah, Harga Beras Diprediksi Bakal Stabil Hingga Akhir Tahun
Sumbang Produksi Nasional
Jawa Timur berhasil menyumbangkan padi secara nasional, menyelesaikan sekitar 17,48% produksi padi nasional dengan disalurkan ke berbagai daerah di Indonesia.
Sementara itu Pemimpin Perum Bulog Kanwil Jatim Langgeng Wisnu mengatakan target pengadaan beras setara untuk Provinsi Jawa Timur sebanyak 593.000 ton, telah terealisasi.
Serapan gabah mencapai 203.392 ton dan pengadaan beras mencapai 294.112 ton. Sehingga tercapainya target setara 361.904 ton beras (61,80 persen).
Dijelaskan lebih lanjut bahwa Bulog akan terus menggencarkan serapan gabah beras petani, dengan harapan di puncak panen tahun ini harga gabah di tingkat petani terjaga sesuai harga pembelian pemerintah minimal sebesar Rp 6.500 per kg.
“Tingginya angka penyerapan Bulog Jawa Timur yang rata – rata mencapai 10.000 ton per hari, menyebabkan stok yang tersimpan di gudang saat ini sebanyak 752 ribu ton sehingga beberapa gudang di Provinsi Jatim telah penuh,” katanya.
Berdasarkan data Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo) Jatim, harga beras medium maupun premium mengalami kenaikan.
Harga rata-rata-beras medium Jawa Timur adalah Rp 12.568. Harga rata-rata tertinggi di Kota Probolinggo, Kabupaten Sidoarjo Rp 13.500. Dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Bangkalan Rp 11.500.
Sedangkan harga rata-rata beras premium Jawa Timur adalah Rp 14.667. Harga rata-rata tertinggi di Kabupaten Sidoarjo Rp 16.250. Dan harga rata-rata terendah di Kabupaten Probolinggo Rp 13.400.
Produksi padi yang dihasilkan di provinsi Jawa Timur untuk bulan Januari–Juli 2025 sebesar 8,78 juta ton gabah kering panen (GKP), menunjukkan potensi positif sektor pertanian dan mendukung terwujudnya pelestarian pangan nasional.
Capaian positif ini merupakan hasil dari konsistensi dan keseriusan Pemerintah Provinsi Jatim dalam memperkuat sektor pertanian. Terbukti selama lima tahun berturut-turut mencatat produksi padi dan beras tertinggi nasional, menjadi ujung tombak kedaulatan pangan Indonesia.
Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) per 2 Juni 2025, angka tersebut setara dengan 7.305.785 ton gabah kering giling (GKG) atau 4.218.508 ton konsumsi beras.
Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, atau tahun 2024, potensi produksi padi Jatim mengalami peningkatan sebesar 1.029.692 ton atau tumbuh 13,28 persen dari sebelumnya 7.754.335 ton GKP.
Sementara dalam bentuk beras, terjadi kenaikan sebesar 494.501 ton dari 3.724.001 ton pada tahun 2024 menjadi 4.218.508 ton pada tahun 2025.
Kenaikan Luas Lahan
Pada periode Januari–Juli 2025, luas panen padi Jatim mencapai 1.299.222 hektare, meningkat 13,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Secara nasional, sektor pertanian tumbuh sebesar 10,52 persen (year-on-year) pada triwulan I tahun 2025.
Jawa Timur memberikan kontribusi signifikan terhadap angka tersebut, yaitu sebesar 12,10 persen. Keberhasilan ini tidak lepas dari keberpihakan pemerintah pada petani dan upaya peningkatan produksi pangan nasional yang terus dioptimalkan.
Menurutnya, sektor pertanian memiliki peran strategis sebagai penopang ketahanan ekonomi nasional. dan juga menciptakan lapangan kerja. Menjaga stabilitas harga, serta memperkuat daya saing nasional.
Data BPS tahun 2024 menunjukkan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi dengan produksi padi tertinggi se-Indonesia dengan pencapaian 9,28 juta ton GKG. Disusul Jawa Tengah (8,89 juta ton), Jawa Barat (8,63 juta ton), Sulawesi Selatan (4,82 juta ton), dan Sumatera Selatan (2,91 juta ton). (AL/*)
