Pagelaran Sekartaji Kembar Tampil di Taman Budaya Surabaya
Surabaya – Untuk memeriahkan dan melestarikan kesenian dan budaya Jawa Timur Taman Budaya Surabaya kembali menggelar pertunjukan ketoprak.
Kali ini tema atau lakon yang diusung adalah “Sekartaji Kembar” yang dilangsungkan di Gedung Kesenian Cak Durasim pada Jum’at 7 Juli 2021, pukul 20.00 WIB.
Pagelaran tersebut dihadiri oleh para pejabat di lingkungan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim juga dihadiri oleh pejabat dari OPD dari kabupaten penyaji yakin Tulungagung. Serta para undangan lainnya dan tak ketinggalan masyarakat umum.
Dalam kesempatan itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jatim Hudiyono mengatakan bahwa ketoprak sebagai salah satu kesenian di Jawa Timur perlu dilestarikan. Adanya campur tangan dari pemerintah sebagai pelestari kebudayaan bangsa juga perlu terus didorong.
Karena itu Hudiyono berharap masyarakat mendukung semua program pemerintah provinsi Jawa Timur dalam rangka mengangkat kesenian di Jawa Timur untuk kesejahteraan bersama khususnya bagi para seniman.
Lakon Sekartaji Kembar sendiri adalah mengisahkan tentang Dewi Sekartaji atau lebih dikenal dengan Galuh Candra Kirana adalah putri kerajaan Kediri yang sangat kesohor dengan kecantikan dan keanggunannya.
Karenanya banyak raja maupun bupati yang ingin mempersunting sebagai permaisuri, meskipun mereka tahu bahwa sejak kecil Dewi Sekartaji sudah dijodohkan dengan Panji Inukertapati atau Panji Asmara Bangun.
Seperti halnya kerajaan Giling Wesi dengan rajanya bernama Klana Mudha yang mengutus adiknya, pangeran Klana Alit untuk melamar Dewi Sekartaji. Tapi kandas lamarannya ditolak.
Namun meski lamarannya ditolak oleh Prabu Lembu Amiluhur raja Jenggala, alih-alih pulang ke Giling Wesi, Pangeran Klana Alit justru menyerbu Jenggala.
Selain menginginkan Dewi Sekartaji, dalam lamaran tersebut terselubung juga keinginan untuk mengusai Jenggala dan Kediri.
Kuatnya penyerbuan serta lengahnya pertahanan membuat Jenggala nyaris kalah dan hanya bertahan di dalam benteng. Melihat kenyataan ini Prabu Lembu Amiluhur meminta nasehat dan bantuan Curiganata, putra tertuanya yang menjadi Resi di Gunung Wilis.
Sebagai penasehat spiritual Jenggala, Resi Curiganata mengemukakan bahwa akar permasalahan terletak pada keinginan Klana Mudha dalam mempersunting Dewi Sekartaji.
Maka agar perang dapat dihentikan sehingga tidak menambah jatuhnya korban, Dewi Sekartaji dan Dewi Ragil Kuning diserahkan ke Giling Wesi. Begitulah sekelumit tentang lakon Sekartaji yang dipentaskan yang tak lepas dari peran para tokoh penyaji dalam cast berikut ini:
Casting Cak Durasim lakon :
SEKARTAJI KEMBAR
Prabu Lembu Amiluhur : Slamet Santoso, S.Pd.
Patih Kudanawarsa: Suwarni
Prameswari: Rafika Indriani
Panji Asmarabangun: Muhamad Nafiq
Panji Gunungsari: Mokhamad Dani Farkhan Ali
Panji Bancak: Haris Setyono
Panji Doyok : Amit Bagus Prasetyo
Dewi Galuh Candra Kirana: Melysa Martha Ardiyanti
Dewi Ragil Kuning: Alya Himama Septiani K.
Resi Curigonoto: Bambang Wijanarko, S.E.
Emban Kecik: Rona Gais Dinasty
Emban Benik: Ira Maya Nengsih
Prabu Klana Mudha: Supanji, S.Pd.
Prabu Klana Alit: Moh. Hufron Efendi, S.H.,M.H.
Resi Sukma Nendra: Achmad Galung Winaryo
Prajurit Giling Wesi 1: Nafi’ Bilal Romadhon
Prajurit Giling Wesi 2: Dimas Putra Arviansyah
Prajurit Giling Wesi 3: Muhamad Tesar Nugraha
Prajurit Jenggala 1: Ganang Prasetya Aji
Prajurit Jenggala 2: Tegar Bagus Dwi Putro
Prajurit Jenggala 3: Bondan Prasetya
Sutradara: Bambang Wijanarko, SE